Pulang I
Langkahku malam ini
merindukan kembali pada tanah kelahiran
jalan masih panjang menapaki diri
pada malam-malam yang makin menepi pada janji
menyambutku kembali.
Ingin rasanya kuteguk rindu
pelepas dahaga yang sudah begitu lama
mengembara masih adakah alamat itu;
masih adakah pematang sawah yang sering kita lalui saat itu
masih adakah harumnya bunga kupula,
adakah Zulia di persimpangan jalan
menungguku pulang.
Langkahku malam ini menepi
pada detak jantungku merindu
kembali bersamamu.
Aceh, 2010
Pulang II
Hari ini aku pulang
rindu pada tanah kelahiran
berucap salam karena sudah sekian lama
aku tinggalkan makin asing
bagi setiap yang lewat berjabat tangan.
Hari ini aku pulang
malu rasanya untuk bertemu,
sudah sekian lama tak kukabarkan berita baginya
mungkinkah hari ini aku singgah kembali?
Hari ini aku pulang
senja masih beri tanda padaku
bahwa malam akan tiba jalanan makin sepi.
Hari ini aku pulang,
semoga tak salah alamat!
Langsa, 2010
Kembalikan Serambi Padaku
Kulewati titi Pante Pirak,
air Krueng Aceh mengalir
penuh kedamaian
membawa ketenangan pada jiwa.
Kulewati jalan penuh pepohonan
melangkah ke arah kerinduan panggilan
yang selama ini memang asing bagi setiap orang
Kulewati Krueng Daroy,
anak-anak menari bersama ikan di dalamnya,
serambi memberi kesan padaku.
Aceh, 1980
Permohonan Tengah Malam
Diri amat rindu pertemuan dengan-Mu
menyibak lemah diri di hadapan-Mu
yang tak pernah menyiakan waktu,
ingat pada-Mu tiap saat.
Berserah diri pada-Mu adalah jalan
menuju kerinduan hakiki
meski kegelapan seringkali menghadang
pada tiap persimpangan.
Namun nama-Mu selalu terucap
dari bibir sampai ke lubuk hati
sebab diri adalah hamba yang sia-sia.
Langsa, 2011
Rinduku Pada Ramadhan
Rindu ini tiap waktu ingin bertemu denganmu;
bulan penuh pengampunan
bulan penuh rahmat.
Engkau telah dijanjikan untuk siapa
yang ingin kembali dari kelana sekian lama
lalu singgah pada dermaga indah,
sebagai kemuliaan.
Rinduku padamu;
pada ayat-ayat yang diperdengarkan malam hari
pada rukuk dan sujud
menggapai pahala yang dilipatgandakan.
(Langsa, 14 Juli 2011)
Zab Bransah adalah nama pena Zakaria Ali Basyah Bransah. Anak dari pasangan Ibu Siti Maryam dan Bapak Ali Basyah Bransah. Lahir pada 6 Juli 1964, di sebuah desa kecil Blang Cut, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
Karya puisinya pernah dimuat media lokal dan nasional, antara lain: Waspada, Majalah Kartini, Aceh Post, Harian Aceh, Serambi Indonesia, Citra Aceh, Haba Rakyat, Lintas Gayo dan lain-lain. Karyanya juga terhimpun dalam sejumlah antologi bersama penyair Nusantara, antara lain Putroe Phang, Merengkuh Asa, Memintal Sayang, Pasie Karam, Aceh 6,4 SR, dan lain sebagainya.
Selain menulis, ia juga mengajar di MAN I Langsa, Universitas Samudera Langsa, IAIN Cot Kala, STAI Aceh Tamiang, UIT Aceh Tamiang, dan STKIP Getsempena Cabang Langsa. Pernah diundang pada Pertemuan Penyair 8 Negara di Banda Aceh 2016. Sekarang menetap di Kota Langsa, Aceh. ***
Comment